Barangsiapa beribadah pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap rida Allah maka akan diampuni dosanya yang telah lalu. (HR Bukhari dan Muslim)
Ada rangkaian ibadah di bulan Ramadan selain puasa, yaitu ibadah untuk menggapai indahnya malam Lailatul Qadar. Kaum muslimin biasanya berbondong- bondong ke masjid untuk melakukan wirid, zikir, dan doa. Bahkan, sering masjid besar peninggalan keraton di Solo ketika malam Lailatul Qadar didatangi jemaah dari luar kota dari berbagai penjuru, dengan niat ingin mencari keberkahan malam yang lebih baik dari seribu bulan ini.
Sesungguhnya, Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. (QS Al-Qadr: 1-3)
Ada beberapa pendapat ulama dalam menentukan malam Lailatul Qadar. Namun, yang kuat di antara pendapat itu adalah Lailatul Qadar terjadi pada malam yang ganjil, setelah tanggal 20 bulan Ramadan, yaitu tanggal 21, 23, 25, 27, 29. Namun, yang lebih diharapkan adalah pada tanggal 27 Ramadan, sebagaimana sabda Nabi saw. Dari Ibnu Umar r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang ingin mengintai malam qadar, hendaklah diintainya pada malam dua puluh tujuh.”(HR Ahmad dengan sanad shahih) Sebenarnya, kalau manusia ingin mencari keselamatan hidup di dunia dan akhirat, untaian ibadahnya seharusnya tidak hanya baik dan khusyuk pada malam tanggal 21, 23, 25, 27, 29 Ramadan. Sebenarnya, hanya iman, Islam, dan amal saleh yang mampu mengangkat kemuliaan seseorang. Apa artinya orang baik, tetapi hanya sesaat? Hanya lima hari menjelang akhir Ramadan.
Memang ada spesialisasi bagi para penyambut malam kemuliaan (qadar). Dari Abu Hurairah dari Nabi Muhammad saw. bahwa beliau bersabda,
“Barangsiapa beribadah pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap rida Allah maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari dan Muslim)
Namun, bagaimana mungkin kita dapat meraih Lailatul Qadar jika puasa kita jelek, suka mencaci, memaki, memfitnah, dan bertengkar? Apa dengan begitu mudahnya kita mendapat keberkahan (kebaikan)? Dari Ubdah bin Shomit bahwa Rasulullah saw. keluar untuk memberitahukan tentang Lailatul Qadar, lalu dua orang di antara kaum muslim bertengkar. Nabi saw. bersabda, “Aku keluar untuk memberitahukan kalian tentang Lailatul Qadar, tetapi kemudian si Fulan bertengkar dengan si Fulon sehingga hilanglah kepastian Lailatul Qadar itu dari ingatanku, dan barangkali itu lebih baik bagimu, carilah malam itu pada malam kesembilan sampai ketujuh atau kelima (sebelum akhir Ramadan).” (HR Bukhari)
Umat Islam yang ingin mencari kebaikan malam Lailatul Qadar, tidak boleh memahami pengertiannya sepotong-potong. Artinya, kebaikan (keberkahan) malam Lailatul Qadar itu hanya bisa didapat oleh orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam mengabdi kepada Allah SWT, dengan menjaga ketauhidan, jauh dari syirik, dan ikhlas dalam beramal. Hal ini bisa dilihat dalam Tafsir Al-Maraghi bahwa pengertian Lailatul Qadar lebih baik dari seribu malam maksudnya karena malam itu bersinar cahaya petunjuk. Malam itu merupakan malam pembukaan syariat baru yang diturunkan kepada manusia terbaik, dan malam itu pula merupakan peletakan batu pertama bagi agama ini yang merupakan agama paling akhir di antara agama-agama yang baik (yang telah lalu) bagi mereka dalam setiap waktu dan tempat.
Malam itu lebih baik dari seribu bulan di antara bulan-bulan yang telah mereka lalui dalam keadaan bergelimang kegelapan perbuatan syirik dan sesat, dengan banyaknya pemujaan berhala. Mereka tidak bisa memberi petunjuk akan tujuan-tujuan (yang akan dicapai) dan mereka tidak bisa memutuskan suatu hukum (ketepatan).
Pengertian tersebut mungkin berbeda dengan persepsi sebagian masyarakat (muslim awam). Sebagian umat Islam, bahkan yang tidak puasa dan tidak salat atau yang puasa Ramadan, tetapi tidak salat, setiap malam ganjil (21, 23, 25, 27, 29) ikut i’tikaf, mencari Lailatul Qadar. Mereka yakin bahwa mendapat Lailatul Qadar itu identik dengan ciri-ciri, seperti mencari rezeki menjadi mudah dan lancar, usahanya maju, cita-citanya dan cita-cita anak cucunya terkabul, serta bebas (sembuh) dari penyakit dan bencana.
Ada pula sebagian muslim yang mencari keberkahan Lailatul Qadar dengan beri’tikaf di tempat-tempat tertentu, antara lain masjid kuno yang dianggap keramat, masjid atau mushalla peninggalan keraton atau kerajaan, makam orang yang dianggap wali atau syeikh, serta petilasan- petilasan dari orang-orang tertentu.
Lailatul Qadar diidentikkan dengan satu cita-cita dunia agar mudah tercapai, padahal pengertian dalam Tafsir Al-Maraghi tersebut ada tiga hal.
Pertama, Lailatul Qadar lebih baik daripada seribu bulan karena pada malam itu Al-Qur’an diturunkan sebagai pedoman hidup dan penyempurna kitab terdahulu.
Kedua, agama Islam sebagai agama penyempurna.
Ketiga, malam Lailatul Qadar lebih baik daripada seribu bulan, bulan penyembah berhala (kaum musyrikin).
Dengan demikian, alangkah baiknya kalau malam Ramadan diisi dengan amalan-amalan saleh, memperbanyak ibadah sunah, wind, zikir, membaca Al-Qur’an, serta memperbanyak istigfar dan doa-doa.
Dari Aisyah r.a. bahwa ia bertanya kepada Rasulullah saw., “Bagaimana jika saya dapat mengetahui malam qadar itu, apakah yang baik saya katakan pada malam itu?” Rasulullah saw. bersabda, “Katakan olehmu, ya Allah, sesungguhnya Engkau pengampun, suka mengampuni kesalahan maka ampunilah kiranya kesalahanku.” (HR Turmudzi). Dalam hadis lain rawinya Imam yang lima dengan redaksi sama.
Mengenai tempat yang baik untuk salat-salat sunah, wirid, zikir, dan amalan lain, lebih bijak kalau kita mencari masjid dengan kriteria, antara lain luas, bersih, airnya mencukupi, tenang, dan lingkungannya kondusif sehingga dalam beribadah kita merasa lebih nyaman dan enak.
Perjalanan Menuju Fitri Oleh Agung Syuhada
Foto / Gambar
hefamily.org
setelah Nabi saw. menyelesaikan urusan harta rampasan perang sebagaimana tersebut dalam pembahasan terdahulu, ketika itu ada seorang laki-laki dari golongan munafikin yang berkata kurang baik terhadap...KEBIJAKSANAAN RASULULLAH SAW
Dengan kebijaksanaan Nabi saw. tersebut, tentara-tentara Islam yang telah kembali membicarakan dengan para ketua mereka dan demikian pula orang-orang yang pada mulanya merasa keberatan menyerahkan kem...BILAL BIN RABAH AL-HABSY
Bilal bin Rabah Al-Habsyi adalah seorang sahabat Rasul. la digelari oleh Rasul dan Kaum musli di madinah sebagai muadzinur rasul atau juru azan Rasulullah Saw. karena dialah orang pertama yang diperca...ALI BIN ABI THALIB
Khalifah Ali bin Abi Thalib yang piawai beretorika, berdiplomasi, dan berorasi. Bahkan, dalam Kitab Najhul Balaghah yang merupakan himpunan hadis, atsar, dan ceramah-ceramahnya Ali bin Abi Thalib pern...MAKAN DAN MINUM : ADAB DALAM ISLAM
Ajaran Islam adalah ajaran yang mulia dan sempurna. Tidak hanya urusan bernegara dan berpolitik yang norma dan akhlaknya telah ditetapkan oleh Islam, tetapi juga soal mengonsumsi makanan dan minuman....
Artikel Yang Berhubungan Download Disini
0 Responses: Lailatul Qadar : Menggapai Malamnya
Posting Komentar